HTI-Press. Surabaya“Demokrasi
adalah biang kerok terorisme!” tegas Juru Bicara Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) Ismail Yusanto dalam acara Halqah Islam dan Peradaban
(HIP) ke-24 DPD HTI Jatim, Ahad (27/1) di Hall Mina Asrama Haji
Sukolilo, Surabaya.
Menurut Ismail, salah satu prinsip dari demokrasi adalah kebebasan
kepemilikan. Artinya, siapa saja boleh memiliki apa saja selama bisa
meraihnya tanpa mengenal halal-haram. Dan siapa saja boleh menjual apa
saja selama ada permintaan lagi-lagi tanpa mengenal halal-haram.
Untuk memiliki uang, Amerika menjual senjata. “Untuk meningkatkan
penjualan senjatanya maka Amerika akan menciptakan konflik seperti di
Irak dan Afghanistan,” ungkap Ismail di hadapan sekitar 600 peserta
talkshow yang bertema Demokrasi biang Terorisme, Khilafah Solusinya
tersebut.
Namun, lanjut Ismail, dengan konflik tersebut secara tidak langsung Amerika telah menciptakan teror di seluruh dunia.
Sedangkan Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim (TPM) Achmad Michdan
menyoroti ketidakadilan dalam penanganan tindak teror. Ia mempertanyakan
mengapa bila pelaku terornya Muslim, seperti pada bom Bali I diusut
secara tuntas sedangkan ketika pelaku terornya non Muslim, seperti pada
pembantain Muslim yang sedang beribadah di salah satu masjid di Ambon
pada Hari Raya tidak jelas penyelesaiannya.
Senada dengan Achmad Michdan, Ketua DPD HTI Jatim Harun Musa
menyatakan adanya standar ganda dalam penanganan terorisme yang
dilakukan aparat keamanan. Ia pun menyebutkan kasus pembunuhan polisi di
Poso oleh beberapa Muslim dicap sebagai tindak terorisme dan pelakunya
disebut sebagai teroris. Sedangkan bila pelakunya Kristen, seperti kasus
pembunuhan polisi di Papua tidak disebut kasus terorisme namun hanya
kriminal biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar