Rabu, 07 Mei 2014

Demokrasi Biang Kerok Keterpurukan Ummat..

Demokrasi merupakan sistem turunan dari ideologi kufur kapitalisme. Di dalamnya mengandung unsur liberalisme, hedonisme serta nasionalisme yang jelas sebagai biang kerok keterpurukan umat diseluruh dunia saat ini.
Bagaimana tidak, demokrasi yang diharapkan dapat memberi kesejahteraan, sama sekali tidak bisa membuktikan hal itu, justru malah sebaliknya mengacaukan tatanan kehidupan umat.
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan, dimana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan, dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Di seluruh dunia yang masih menganutnya, sistem ini telah memperlihatkan adanya ketimpangan sosial, dimana yang miskin tetap menderita yang kaya semakin berjaya.
Sikap individualisme yang terbentuk oleh demokrasi, semakin menjauhkan arti kepedulian terhadap sesama. Banyak orang yang terus saja sibuk dengan dirinya sendiri, tanpa merasa perlu untuk tahu apa yang ada dan terjadi disekitarnya.
Hedonisme pun terus membius umat terutama ibu-ibu dan remaja, bahwa prestise jauh lebih penting dan patut diutamakan.
Liberalisame tidak mau kalah, ia terus memperlihatkan kebejatannya, dengan mengatasnamakan HAM tiap orang dibuat bebas berperiku tanpa batas, hingga terkesan hina layakya bukan manusia.
Perzinahanan merajalela. Selama suka sama suka bebas berbuat apa saja. Yang bermasalah itu kecuali jika adanya paksaan. Lesbian dan Homo juga mulai berkembang, bahkan dengan lantang ingin diakui dan dianggap normal. Pasalnya mana ada kucing jantan mau kawin dengan kucing jantan lainnya, aneh bukan?
Tak mungkin, Allah ciptakan manusia sebagai mahluk mulia lantas manusia sendiri membuat dirinya lebih hina dari pada hewan.
Nasionalisme yang dianggap sebagai semangat rasa persatuan justru memberi sekat dan telah memecahbelah umat.
Kapitalisme kini telah nyata tanpa malu mencuri harta kaum muslimin dan membuat umat menderita di negerinya sendiri, padahal jelas harta kekayaan alam negri muslim sungguh luar luar biasa, namun kini malah semua harta itu hampir binasa. Lantas apa yang harus dibanggakan dan diharapkan dari demokrasi?
“Barat mengubah strategi penjajahannya dengan mengikat negara-negara yang diberi kemerdekaan dengan utang dan bantuan pembangunan” (Abdurrahman al-Maliki)
Itulah taktik baru yang dijalankan penjajah kapitalisme. John Perkins dalam bukunya “Confessions of an Economic Hit Man”, menjelaskan beberapa hal diantaranya bahwa,
• AS akan memberi utang kepada sebuah negara hingga sulit untuk melunasinya, kecuali dengan menguras habis sumber daya alamnya.
• Bila menolak perangkap utang, pemimpin negara tersebut akan “dihabisi” oleh tim kusus CIA (Jackals)
• Jika tim gagal maka kekuatan militer yang akan menyerang negara tersebut (contohnya seperti Irak dan Afganistan yang terus diserang karena memiliki cadangan minyak bumi sangat besar melebihi Saudi Arabia)
Dan hebatnya, hal ini telah menimpa Indonesia. Negeri yang disebut sebagai “zamrud khatulistiwa” ini masuk dalam global empire AS tanpa agresi militer.
Lihat saja tonggak sejarah telah membuktikan, pada masanya Orde Baru menggandeng Barat untuk “membantu” membiayai pembangunan melalui utang luar negeri dan investasi modal asing. Bahkan Indonesia pun menjadi salah satu anggota dari IMF dan Bank Dunia.
Akibatnya terjadi Krismon alias Krisis Moneter. Dampaknya sangat luar biasa terhadap perekonomian di dalam negeri, harga melambung tinggi, banyak pengusaha gulung tikar, pengangguran meningkat, begitu juga tingkat kriminalitas. Dan sejak saat itu perangkap IMF seolah sukses mencengkram dan meporak-porandakan perekonomian Indonesia.
Utang yang sangat besar membebani rakyat. Cicilan utang itu diambil dari APBN, ini karena tidak ada sumber lain selain dari APBN? Pemerintah tidak pernah mempermasalahkan soal besarnya APBN yang ditarik untuk membayar cicilan pokok dan bunga utang Indonesia kepada IMF. Tapi giliran subsidi, malah diupayakan agar dihapus. Alasananya karena APBN defisit.
Akibat penghapusan subsidi tersebut, harga BBM naik lagi. Pemerintah berdalih bahwa subsidi membebani APBN dan selama ini tidak tepat sasaran. Sebagai gantinya diberikanlah BLSM yang hanya 150ribu/bulan dengan jangka waktu 4 bulan dan dibagikan periode 2 bulanan. Dengan keadaan harga naik, semua serba mahal, menjelang ramadhan dan tahun ajaran baru sekolahan.
Fakta pun berbicara selama pelaksanaan pembagian BLSM, ternyata banyak sekali kesalahan data. Yang berhak justru sama sekali tidak mendapatkan hak nya, sementara mereka yang tidak ber hak malah menerima dana BLSM itu tanpa rasa malu dan berdosa.
Hasil penarikan pajak oleh pemerintah juga, seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastrukur malah tidak terlihat bekasnya. Lenyap oleh para penguasa yang rakus akan harta. Beberapa kali ada perbaikan, tapi lihatlah berapakali pula kerusakan terjadi. Tidak sedikit yang terbengkalai dan tidak jelas mau dijadikan apa.
Perhatian akan diberikan kepada rakyat, ketika para penguasa dan antek-anteknya ingin memperoleh dukungan suara agar bisa benar-benar berkuasa pada musim pemilihan.
Dan ironisnya, rakyat memang sangat miskin, bodoh, malas, dan mudah tergoda dengan materi dan hedonisme sehingga menjadi pragmatis-opurtunis yang konsumtif. Akhirnya terjebak dalam rayuan penguasa.
Seharusnya kaum muslimin selalu bersyukur bahwa Allah telah menganugrahkan Kekayaan Alam yang begitu berlimpah, tanah subur dan jumlah penduduk yang banyak. Namun kini kekayaan yang ada tidak mampu menyejahterakan rakyatnya, malah habis digotong oleh bangsa asing.
Yang ada penduduk miskin terus bertambah serta kerusakan alam terus meluas. Rakyat hanya “rela” menerima nasib. Beginilah keadaannya ketika manusia merasa mampu dan terlalu sok tahu dalam menetapkan aturan.
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka ambil? Dan hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang beriman” (TQS. Al-Maidah : 50)
Celaka, manusia itu diciptakan dengan nafsu, potensi khilaf dan hina. Belumkah kita menyadari bahwa kita ini ciptaan-Nya, kita ini adalah hamba-Nya, makhluk yang lemah dan bodoh. Bukankah telah begitu baiknya Allah yang menciptakan manusia dan diberinya pedoman dalam menjalani kehidupan agar tidak tersesat.
Ibaratkan HP, dikeluarkan oleh pabriknya pastilah dilengkapi buku panduan. Tujuannya agar para pengguna HP dapat dengan mudah menggunakan HP tersebut sesuai fungsinya. Ketika pun ada masalah maka melalui panduan itu diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang ada pada HP tersebut, bukan begitu?
Maka begitu pula-lah manusia. Telah Allah ciptakan lengkap dengan panduan/pedoman nya yaitu al-Qur’anul karim yang menjadi sebaik-baiknya petujuk bagi manusia. Menjelaskan berbagai aturan dalam menjalani hidup. Tidak hanya soal peribadatan semata, tapi juga sebagai jawaban atas problematika hidup manusia.
“Dan Kami turunkan kepada kamu Kitab ini untuk menerangkan semua perkara” (TQS. An-Nahl : 89)
“Menetapkan hukum hanyalah hak Allah”
Ya, begitulah seharusnya. Bukankah Allah memang Sang Pencipta? Dia menciptakan dunia dan se-isinya, sudah barang tentu Dia-lah yang paling tahu apa-apa yang terbaik bagi semua ciptaan-Nya.
Jika hukum Allah ditetapkan, maka pastilah kemaslahatan yang didapat. Lantas, masih adakah yang diragukan bagi mereka yang beriman pada Allah?
“Kebenaran (Islam) itu dari Tuhanmu, maka sekali-kali kamu jangan menjadi orang yang meragu” (TQS. Al-Baqarah : 147)
Semoga Allah segera hadirkan Khalifah, yang dengannya maka bersatulah umat dalam satu bingkai sistem yang telah nyata Berjaya lebih dari 13 Abad memimpin dunia, Daulah Khilafah Rasyidah. Wallahu alam bi ash sawwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar