Demokrasi merupakan sistem turunan dari
ideologi kufur kapitalisme. Di dalamnya mengandung unsur liberalisme,
hedonisme serta nasionalisme yang jelas sebagai biang kerok keterpurukan
umat diseluruh dunia saat ini.
Bagaimana tidak, demokrasi yang
diharapkan dapat memberi kesejahteraan, sama sekali tidak bisa
membuktikan hal itu, justru malah sebaliknya mengacaukan tatanan
kehidupan umat.
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan,
dimana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan
keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga
negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan,
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Di seluruh dunia yang masih menganutnya,
sistem ini telah memperlihatkan adanya ketimpangan sosial, dimana yang
miskin tetap menderita yang kaya semakin berjaya.
Sikap individualisme yang terbentuk oleh
demokrasi, semakin menjauhkan arti kepedulian terhadap sesama. Banyak
orang yang terus saja sibuk dengan dirinya sendiri, tanpa merasa perlu
untuk tahu apa yang ada dan terjadi disekitarnya.
Hedonisme pun terus membius umat terutama ibu-ibu dan remaja, bahwa prestise jauh lebih penting dan patut diutamakan.
Liberalisame tidak mau kalah, ia terus
memperlihatkan kebejatannya, dengan mengatasnamakan HAM tiap orang
dibuat bebas berperiku tanpa batas, hingga terkesan hina layakya bukan
manusia.
Perzinahanan merajalela. Selama suka
sama suka bebas berbuat apa saja. Yang bermasalah itu kecuali jika
adanya paksaan. Lesbian dan Homo juga mulai berkembang, bahkan dengan
lantang ingin diakui dan dianggap normal. Pasalnya mana ada kucing
jantan mau kawin dengan kucing jantan lainnya, aneh bukan?
Tak mungkin, Allah ciptakan manusia sebagai mahluk mulia lantas manusia sendiri membuat dirinya lebih hina dari pada hewan.
Nasionalisme yang dianggap sebagai semangat rasa persatuan justru memberi sekat dan telah memecahbelah umat.
Nasionalisme yang dianggap sebagai semangat rasa persatuan justru memberi sekat dan telah memecahbelah umat.
Kapitalisme kini telah nyata tanpa malu
mencuri harta kaum muslimin dan membuat umat menderita di negerinya
sendiri, padahal jelas harta kekayaan alam negri muslim sungguh luar
luar biasa, namun kini malah semua harta itu hampir binasa. Lantas apa
yang harus dibanggakan dan diharapkan dari demokrasi?
“Barat mengubah strategi penjajahannya
dengan mengikat negara-negara yang diberi kemerdekaan dengan utang dan
bantuan pembangunan” (Abdurrahman al-Maliki)
Itulah taktik baru yang dijalankan
penjajah kapitalisme. John Perkins dalam bukunya “Confessions of an
Economic Hit Man”, menjelaskan beberapa hal diantaranya bahwa,
• AS akan memberi utang kepada sebuah negara hingga sulit untuk melunasinya, kecuali dengan menguras habis sumber daya alamnya.
• Bila menolak perangkap utang, pemimpin negara tersebut akan “dihabisi” oleh tim kusus CIA (Jackals)
• Jika tim gagal maka kekuatan militer yang akan menyerang negara tersebut (contohnya seperti Irak dan Afganistan yang terus diserang karena memiliki cadangan minyak bumi sangat besar melebihi Saudi Arabia)
• Bila menolak perangkap utang, pemimpin negara tersebut akan “dihabisi” oleh tim kusus CIA (Jackals)
• Jika tim gagal maka kekuatan militer yang akan menyerang negara tersebut (contohnya seperti Irak dan Afganistan yang terus diserang karena memiliki cadangan minyak bumi sangat besar melebihi Saudi Arabia)
Dan hebatnya, hal ini telah menimpa
Indonesia. Negeri yang disebut sebagai “zamrud khatulistiwa” ini masuk
dalam global empire AS tanpa agresi militer.
Lihat saja tonggak sejarah telah
membuktikan, pada masanya Orde Baru menggandeng Barat untuk “membantu”
membiayai pembangunan melalui utang luar negeri dan investasi modal
asing. Bahkan Indonesia pun menjadi salah satu anggota dari IMF dan Bank
Dunia.
Akibatnya terjadi Krismon alias Krisis
Moneter. Dampaknya sangat luar biasa terhadap perekonomian di dalam
negeri, harga melambung tinggi, banyak pengusaha gulung tikar,
pengangguran meningkat, begitu juga tingkat kriminalitas. Dan sejak saat
itu perangkap IMF seolah sukses mencengkram dan meporak-porandakan
perekonomian Indonesia.
Utang yang sangat besar membebani
rakyat. Cicilan utang itu diambil dari APBN, ini karena tidak ada sumber
lain selain dari APBN? Pemerintah tidak pernah mempermasalahkan soal
besarnya APBN yang ditarik untuk membayar cicilan pokok dan bunga utang
Indonesia kepada IMF. Tapi giliran subsidi, malah diupayakan agar
dihapus. Alasananya karena APBN defisit.
Akibat penghapusan subsidi tersebut,
harga BBM naik lagi. Pemerintah berdalih bahwa subsidi membebani APBN
dan selama ini tidak tepat sasaran. Sebagai gantinya diberikanlah BLSM
yang hanya 150ribu/bulan dengan jangka waktu 4 bulan dan dibagikan
periode 2 bulanan. Dengan keadaan harga naik, semua serba mahal,
menjelang ramadhan dan tahun ajaran baru sekolahan.
Fakta pun berbicara selama pelaksanaan
pembagian BLSM, ternyata banyak sekali kesalahan data. Yang berhak
justru sama sekali tidak mendapatkan hak nya, sementara mereka yang
tidak ber hak malah menerima dana BLSM itu tanpa rasa malu dan berdosa.
Hasil penarikan pajak oleh pemerintah
juga, seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastrukur malah tidak
terlihat bekasnya. Lenyap oleh para penguasa yang rakus akan harta.
Beberapa kali ada perbaikan, tapi lihatlah berapakali pula kerusakan
terjadi. Tidak sedikit yang terbengkalai dan tidak jelas mau dijadikan
apa.
Perhatian akan diberikan kepada rakyat,
ketika para penguasa dan antek-anteknya ingin memperoleh dukungan suara
agar bisa benar-benar berkuasa pada musim pemilihan.
Dan ironisnya, rakyat memang sangat
miskin, bodoh, malas, dan mudah tergoda dengan materi dan hedonisme
sehingga menjadi pragmatis-opurtunis yang konsumtif. Akhirnya terjebak
dalam rayuan penguasa.
Seharusnya kaum muslimin selalu
bersyukur bahwa Allah telah menganugrahkan Kekayaan Alam yang begitu
berlimpah, tanah subur dan jumlah penduduk yang banyak. Namun kini
kekayaan yang ada tidak mampu menyejahterakan rakyatnya, malah habis
digotong oleh bangsa asing.
Yang ada penduduk miskin terus bertambah
serta kerusakan alam terus meluas. Rakyat hanya “rela” menerima nasib.
Beginilah keadaannya ketika manusia merasa mampu dan terlalu sok tahu
dalam menetapkan aturan.
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka ambil? Dan hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang beriman” (TQS. Al-Maidah : 50)
Celaka, manusia itu diciptakan dengan
nafsu, potensi khilaf dan hina. Belumkah kita menyadari bahwa kita ini
ciptaan-Nya, kita ini adalah hamba-Nya, makhluk yang lemah dan bodoh.
Bukankah telah begitu baiknya Allah yang menciptakan manusia dan
diberinya pedoman dalam menjalani kehidupan agar tidak tersesat.
Ibaratkan HP, dikeluarkan oleh pabriknya
pastilah dilengkapi buku panduan. Tujuannya agar para pengguna HP dapat
dengan mudah menggunakan HP tersebut sesuai fungsinya. Ketika pun ada
masalah maka melalui panduan itu diharapkan dapat membantu menyelesaikan
masalah yang ada pada HP tersebut, bukan begitu?
Maka begitu pula-lah manusia. Telah
Allah ciptakan lengkap dengan panduan/pedoman nya yaitu al-Qur’anul
karim yang menjadi sebaik-baiknya petujuk bagi manusia. Menjelaskan
berbagai aturan dalam menjalani hidup. Tidak hanya soal peribadatan
semata, tapi juga sebagai jawaban atas problematika hidup manusia.
“Dan Kami turunkan kepada kamu Kitab ini untuk menerangkan semua perkara” (TQS. An-Nahl : 89)
“Menetapkan hukum hanyalah hak Allah”
Ya, begitulah seharusnya. Bukankah Allah
memang Sang Pencipta? Dia menciptakan dunia dan se-isinya, sudah barang
tentu Dia-lah yang paling tahu apa-apa yang terbaik bagi semua
ciptaan-Nya.
Jika hukum Allah ditetapkan, maka
pastilah kemaslahatan yang didapat. Lantas, masih adakah yang diragukan
bagi mereka yang beriman pada Allah?
“Kebenaran (Islam) itu dari Tuhanmu, maka sekali-kali kamu jangan menjadi orang yang meragu” (TQS. Al-Baqarah : 147)
Semoga Allah segera hadirkan Khalifah,
yang dengannya maka bersatulah umat dalam satu bingkai sistem yang telah
nyata Berjaya lebih dari 13 Abad memimpin dunia, Daulah Khilafah
Rasyidah. Wallahu alam bi ash sawwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar